Kamis, 17 Januari 2013

Artikel Makanan & Minuman Khas Karangasem


Artikel Makanan & Minuman Khas Karangasem


Karangasem merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memilik khas dan budaya yang unik dan menarik bagi para toris dalam negri maupun mancanegara. Selain adat dan budaya, makanan dan minuman khas Karangasem sangat diminati para wisata kuliner karena menggunakan bumbu yang digunakan alami dan beranekaragam. Cita rasa yang unik dan lezat merupakan salah satu sebab mengapa kuliner di Karangasem sangat diminati dar berbagai kalangan.
Salah satu makanan khas Karangasem adalah Sate Lilit. Sate yang satu ini memang memiliki banyak keistimewaan.  Selain tusukannya yang dibuat dari batang serai yang menambah sedap aromanya, sate lilit Bali dibuat dari daging ikan yang dicincang halus dan dibumbui dan dililitkan ke batang serai.
Sate lilit sarat bumbu dan dicampur dengan parutan kelapa, sehingga rasanya gurih dan aromanya menggugah selera. Rasa Sate Lilit sendiri sangat khas, yakni pedas, wangi, manis dan gurih. Selain lezat sate lilit juga sehat, karena rendah lemak dan dibuat dari ikan.
Makanan khas Karangasem lainnya adalah Nasi Sela (hurup e dibaca seperti e pada kata 'eyang'). Sela merupakan bahasa lain dari Ubi jalar. Nasi ini sangat terkenal di pedesaan karena bisa mengirit persediaan beras, tetapi sekarang masyarakat perkotaan juga banyak yang memburu nasi sela. Karena makanan ini unik dan bisa menjadi diversifikasi rasa dari nasi yang selama ini dimakan. Rasa yang ditawarkan benar-benar spesial. Campuran antara nasi dan sela bisa memberikan cita rasa khas, selain juga kaya manfaat bagi kesehatan.
Nasi sela berawal dari jaman dahulu kala saat beras masih menjadi barang langka di Karangasem. Cerita turun temurun di masyarakat mengatakan bahwa, kakek nenek hanya makan nasi full dari beras pas saat hari raya galungan, selainnya hanya makan nasi jagung ataupun nasi sela. namun ternyata, setelah jaman kemerdekaan dan beras menjadi bahan makanan pokok, makanan tradisional Bali ini masih juga digemari. 
Nasi sela sangat sederhana. Hanyalah beras yang dimasak bersama cincangan umbi ubi jalar. Tidak hanya ubi jalar, tetapi juga ketela. Namun rasanya sedikit berbeda, Ubi jalar memberikan cita rasa khas yang sedikit manis, sedangkan ketela lebih tawar. Selain itu, Ubi jalar bisa membuat nasi jadi lebih lembut, dan tentunya enak kalau dimakan pas panas bersama pindang goreng bumbu tomat dan kuah. Membayangkannya aja jadi kangen, inget nasi sela bikinin nenek.
Namun pengolahan yang lebih modern dan maju, bisa menyajikan nasi sela dalam rasa paket yang lebih enak. Nasi sela banyak disuguhkan dalam nasi bungkus, nasi jinggo ataupun di restoran-restoran khas bali. Bicara soal rasa, makanan khas Bali ini dijamin akan memberikan pengalaman tersendiri.
Dan masih banyak lagi makanan khas Karangasem yang enak dan menarik. Selain makanan, minuman di Karangasem pun terkenal dan sangat diburu para wisatawan. Minuman khas Karangasem, yakni arak merupakan salah satu produk unggulan yang perlu mendapatkan perlindungan. Oleh sebab itu kini sedang diproses pengajuan perubahan peraturan bupati (perbup) No.4 tahun 2006 tentang izin usaha industri atau tanda daftar industri minuman beralkhohol tradisional di Kabupaten Karangasem untuk disesuaikan dengan aturan yang lebih tinggi. Peraturan yang lebih tinggi itu antara lain Peraturan Presiden (Perpres) No.36 tahun 2010 tentang daftar usaha terbuka dan tertutup dengan persyaratan dalam bidang penanaman modal, khususnya merujuk pada pasal yang mengatur perlindungan terhadap perajin dengan kapasitas produksi kurang dari 25 liter/hari.
Pemasaran minuman tradisional katagori beralkohol, menurut pihak kepolisian dan Bea Cukai harus dilengkapi perizinan, antara lain minuman beralkhohol dan menunjukkan DO atas pesanan, sehingga petugas tidak melakukan penyitaan. Meskipun menghadapi sejumlah kendala terutama menyangkut aturan hukum, perajin hendaknya tidak pesimistis, namun mampu menghimpun diri dalam usaha kelompok, sekaligus menunjukkan jati diri lebih kuat.
Selai Arak Karangasem minuman khas Karangasem lainnya yakni "wine" Salak untuk wisatawan asing dan diharapkan menjadi menjadi minuman berkelas di hotel dan restoran bertaraf internasinal yang bertebaran di daerah pariwisata Bali.  Bupati Karangasem, Wayan Geredeg di Amlapura, juga menjelaskan, jenis minuman yang diproses dari salak Bebandem setelah diujicoba hasilnya mendapat respon menggembirakan dari penggemar wine mancanegara, khususnya turis asing yang berlibur di Bali. Minuman khas yang diproduksi dari salak Bali tersebut, memiliki pangsa pasar ekspor. Mesin pengolah wine salak segera akan didatangkan dari Australia dan akan ditambah lagi di tahun anggaran 2010.
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai, masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis asing yang berlibur di Bali.
Tidak seperti sekarang, Bali khususnya Karangasem sangat tergantung pada minuman keras dari impor untuk memenuhi kebutuhan wisatawan asing. Ketika kiriman minuman dari luar negeri itu berkurang, maka cukup meresahkan pengusaha hotel dan restoran dalam memenuhi permintaan konsumennya.
Sebagaimana pernah diumumkan, realisasi impor minuman keras (miras) Bali anjlok Januari-April 2009, pada hal jenis minuman tersebut diperlukan dalam jumlah banyak untuk konsumsi wisatawan luar negeri saat berlibur di Bali.  Impor mata dagangan tersbut selama April bernilai 69 ribu dolar AS selama empat bulan pertama 2008 menjadi hanya seharga 675 ribu dolar selama empat bulan pertama 2009, turun tajam jika dibandingkan perioda sama 2008 mencapai 2,3 juta dolar.  Volume pembelian pun berkurang menjadi hanya 99 ton selama Januari-April 2009, dimana pada perioda sama tahun 2008 mencapai 811 ton. Kekurangan minuman tersebut nantinya bisa diisi dari produksi minuman salak khas Karangasem.
Geredeg merasa yakin dengan melimpahnya salak petani sebagai bahan baku akan mampu memproduksi sekitar 50-60 ton/hari dan cara ini pula akan mampu mengangkat kesejahteraan petani yang selama ini tergantung dari pengepul. Jika tanpa pengolahan maka sampai kapanpun produksi komoditi salak, akan terus tenggelam tanpa memberi keuntungan yang baik bagi petani, bahkan cenderung terbuang dimusim panen raya karena produksinya melimpah.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg.
Umumnya memang yang paling terkenal di Karangasem adalah buah salaknya. Salak sudah menjadi komoditas warga di kawasan ini. Salak di sini tak hanya dikonsumsi biasa, tapi diolah menjadi minuman. Buah salak gula pasir inilah yang paling cocok diolah menjadi minuman dibanding 14 jenis salak lainnya yang ditanam di desa Sigetan. Salak gula pasir mengandung kadar gula tinggi dan harganya tinggi, Rp 15 ribu per kilogramnya. 
Karangasem yang merupakan kawasan timur pulau Bali ini memang banyak memiliki hal yang menarik di kawasan Karangasem tersebut. Keindahan alamnya, adat, busana adat, kawasan-kawasan pariwisata, tradisi, budaya, kebiasaan dan tidak lupa yaitu wisata kulinernya membuat Karangasem terkenal dan diminati oleh para wisatawaan.




                            
DAFTAR PUSTAKA
·         http://hindhuartalles.blogspot.com/2012/05/nasi-sela-makanan-tradisional-bali.html diakses tanggal 25 November 2012 pkl. 13.30
·         http://www.liputan6.com diakses tanggal 25 November 2012 pkl.14.15
·         www.balipost.co.id  diakses tanggal 26 November 2012 pkl. 13.16



Tidak ada komentar:

Posting Komentar