Artikel Makanan & Minuman Khas Karangasem
Karangasem merupakan salah satu
kabupaten di Bali yang memilik khas dan budaya yang unik dan menarik bagi para
toris dalam negri maupun mancanegara. Selain adat dan budaya, makanan dan
minuman khas Karangasem sangat diminati para wisata kuliner karena menggunakan
bumbu yang digunakan alami dan beranekaragam. Cita rasa yang unik dan lezat
merupakan salah satu sebab mengapa kuliner di Karangasem sangat diminati dar
berbagai kalangan.
Salah satu makanan khas Karangasem
adalah Sate Lilit. Sate yang satu ini memang memiliki banyak
keistimewaan. Selain tusukannya yang dibuat dari batang serai yang
menambah sedap aromanya, sate lilit Bali dibuat dari daging ikan yang dicincang
halus dan dibumbui dan dililitkan ke batang serai.
Sate lilit sarat bumbu dan dicampur
dengan parutan kelapa, sehingga rasanya gurih dan aromanya menggugah selera.
Rasa Sate Lilit sendiri sangat khas, yakni pedas, wangi, manis dan gurih.
Selain lezat sate lilit juga sehat, karena rendah lemak dan dibuat dari ikan.
Makanan khas Karangasem lainnya adalah Nasi Sela
(hurup e dibaca seperti e pada kata 'eyang'). Sela merupakan bahasa lain
dari Ubi jalar. Nasi ini sangat terkenal di pedesaan karena bisa mengirit
persediaan beras, tetapi sekarang masyarakat perkotaan juga banyak yang memburu
nasi sela. Karena makanan ini unik dan bisa menjadi diversifikasi rasa dari
nasi yang selama ini dimakan. Rasa yang ditawarkan benar-benar spesial.
Campuran antara nasi dan sela bisa memberikan cita rasa khas, selain juga kaya
manfaat bagi kesehatan.
Nasi sela berawal dari jaman dahulu kala saat
beras masih menjadi barang langka di Karangasem. Cerita turun temurun di
masyarakat mengatakan bahwa, kakek nenek hanya makan nasi full dari beras pas
saat hari raya galungan, selainnya hanya makan nasi jagung ataupun nasi sela.
namun ternyata, setelah jaman kemerdekaan dan beras menjadi bahan makanan
pokok, makanan tradisional Bali ini masih juga digemari.
Nasi sela sangat sederhana. Hanyalah beras yang
dimasak bersama cincangan umbi ubi jalar. Tidak hanya ubi jalar, tetapi juga
ketela. Namun rasanya sedikit berbeda, Ubi jalar memberikan cita rasa khas yang
sedikit manis, sedangkan ketela lebih tawar. Selain itu, Ubi jalar bisa membuat
nasi jadi lebih lembut, dan tentunya enak kalau dimakan pas panas bersama
pindang goreng bumbu tomat dan kuah. Membayangkannya aja jadi kangen, inget
nasi sela bikinin nenek.
Namun pengolahan yang lebih modern dan maju, bisa
menyajikan nasi sela dalam rasa paket yang lebih enak. Nasi sela
banyak disuguhkan dalam nasi bungkus, nasi jinggo ataupun di restoran-restoran
khas bali. Bicara soal rasa, makanan khas Bali ini dijamin akan memberikan
pengalaman tersendiri.
Dan masih banyak lagi makanan khas Karangasem yang
enak dan menarik. Selain makanan, minuman di Karangasem pun terkenal dan sangat
diburu para wisatawan. Minuman khas Karangasem, yakni arak merupakan salah satu
produk unggulan yang perlu mendapatkan perlindungan. Oleh sebab itu kini sedang
diproses pengajuan perubahan peraturan bupati (perbup) No.4 tahun 2006 tentang
izin usaha industri atau tanda daftar industri minuman beralkhohol tradisional
di Kabupaten Karangasem untuk disesuaikan dengan aturan yang lebih tinggi.
Peraturan yang lebih tinggi itu antara lain Peraturan Presiden (Perpres) No.36
tahun 2010 tentang daftar usaha terbuka dan tertutup dengan persyaratan dalam
bidang penanaman modal, khususnya merujuk pada pasal yang mengatur perlindungan
terhadap perajin dengan kapasitas produksi kurang dari 25 liter/hari.
Pemasaran minuman tradisional katagori beralkohol,
menurut pihak kepolisian dan Bea Cukai harus dilengkapi perizinan, antara lain
minuman beralkhohol dan menunjukkan DO atas pesanan, sehingga petugas tidak
melakukan penyitaan. Meskipun menghadapi sejumlah kendala terutama menyangkut
aturan hukum, perajin hendaknya tidak pesimistis, namun mampu menghimpun diri
dalam usaha kelompok, sekaligus menunjukkan jati diri lebih kuat.
Selai Arak Karangasem minuman khas Karangasem lainnya
yakni "wine" Salak untuk wisatawan asing dan diharapkan menjadi
menjadi minuman berkelas di hotel dan restoran bertaraf internasinal yang
bertebaran di daerah pariwisata Bali.
Bupati Karangasem, Wayan Geredeg di Amlapura, juga menjelaskan, jenis
minuman yang diproses dari salak Bebandem setelah diujicoba hasilnya mendapat
respon menggembirakan dari penggemar wine mancanegara, khususnya turis asing
yang berlibur di Bali. Minuman khas yang diproduksi dari salak Bali tersebut,
memiliki pangsa pasar ekspor. Mesin pengolah wine salak segera akan didatangkan
dari Australia dan akan ditambah lagi di tahun anggaran 2010.
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai,
masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi
konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis
asing yang berlibur di Bali.
Tidak seperti sekarang, Bali khususnya Karangasem
sangat tergantung pada minuman keras dari impor untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan asing. Ketika kiriman minuman dari luar negeri itu berkurang, maka
cukup meresahkan pengusaha hotel dan restoran dalam memenuhi permintaan
konsumennya.
Sebagaimana pernah diumumkan, realisasi impor minuman
keras (miras) Bali anjlok Januari-April 2009, pada hal jenis minuman tersebut
diperlukan dalam jumlah banyak untuk konsumsi wisatawan luar negeri saat
berlibur di Bali. Impor mata dagangan
tersbut selama April bernilai 69 ribu dolar AS selama empat bulan pertama 2008
menjadi hanya seharga 675 ribu dolar selama empat bulan pertama 2009, turun
tajam jika dibandingkan perioda sama 2008 mencapai 2,3 juta dolar. Volume pembelian pun berkurang menjadi hanya
99 ton selama Januari-April 2009, dimana pada perioda sama tahun 2008 mencapai
811 ton. Kekurangan minuman tersebut nantinya bisa diisi dari produksi minuman
salak khas Karangasem.
Geredeg merasa yakin dengan melimpahnya salak petani
sebagai bahan baku akan mampu memproduksi sekitar 50-60 ton/hari dan cara ini
pula akan mampu mengangkat kesejahteraan petani yang selama ini tergantung dari
pengepul. Jika tanpa pengolahan maka sampai kapanpun produksi komoditi salak,
akan terus tenggelam tanpa memberi keuntungan yang baik bagi petani, bahkan
cenderung terbuang dimusim panen raya karena produksinya melimpah.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu
menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar
Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg.
Umumnya memang yang paling terkenal di Karangasem
adalah buah salaknya. Salak sudah menjadi komoditas warga di
kawasan ini. Salak di sini tak hanya dikonsumsi biasa, tapi diolah menjadi
minuman. Buah salak gula pasir inilah yang paling cocok diolah menjadi minuman
dibanding 14 jenis salak lainnya yang ditanam di desa Sigetan. Salak gula pasir
mengandung kadar gula tinggi dan harganya tinggi, Rp 15 ribu per
kilogramnya.
Karangasem yang merupakan kawasan timur
pulau Bali ini memang banyak memiliki hal yang menarik di kawasan Karangasem
tersebut. Keindahan alamnya, adat, busana adat, kawasan-kawasan pariwisata,
tradisi, budaya, kebiasaan dan tidak lupa yaitu wisata kulinernya membuat
Karangasem terkenal dan diminati oleh para wisatawaan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://hindhuartalles.blogspot.com/2012/05/nasi-sela-makanan-tradisional-bali.html diakses tanggal 25 November 2012 pkl. 13.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar